![]() |
SERAMBI MASJID |
Setelah sangpendiri memutuskan untuk hijrah ke tanah seberang (sumatera) bersama keluarga
dan hidup disana, kurang lebih selama kurun waktu 3 tahun berjalan, Karena selalu memikirkan
para santri yang beliau tinggalkan di desanya akhirnya beliau memutuskan untuk
kembali ke kampung halaman dan di sana ternyata para santri santrinya selalu
menunggu kepulangannya untuk kembali mendidik dan membimbingnya, akhirnya
pulanglah beliau bersama keluarga ke kampung halaman di tahun 1978. Setelah
sampai di kampung halaman akhirnya beliau kembali beraktivitas seperti biasa
yang mana mendidik dan membimbing para santri, pada saat itu masih seperti yang
dulu pusat pendidikan dan pembelajaran di Mushola orang tuanya (di langgar
milik mertuanya).
Selang beberapa waktu berjalan akhirnya beliau dengan sang
istri yang bernama Ibu Siti Saudah binti Rono Sono Saridi memutuskan untuk pindah rumah dalam arti membuat rumah atau membangun
rumah sendiri yang terpisah dengan mertuanya, setelah memberanikan diri
berbicara dengan mertuanya akhirnya sang mertua pun menyetujui dan memberikan
sebidang tanah kering milik mereka yang mana tanah tersebut terkenal sangat
angker juga wingit yang dikelilingi tumbuhan bambu yang sangat lebat, bahkan tak
satu pun yang berani menjamah tempat itu karena lebatnya pepohonan dan
wingit nya.
Yang lokasinya berada di sebelah selatan agak ke timur dari rumah mertuanya,
diceritakan pula di dalam proses penataan tanah yang ingin didirikan rumah
tersebut di suatu malam yang mana beliau sang musafir dalam tirakatnya sebelum
mendirikan rumah, pernah kehilangan sebuah baju yang beliau punya pada saat itu
dalam ceritanya baju tersebut hilang karena dicuri atau diambil dari pada
makhluk gaib yang menunggu tempat tersebut.
Dan akhirnya atas izin Allah dan
usaha beliau berdirilah sebuah rumah sederhana yang beliau tempati bersama
keluarganya, selang beberapa waktu setelah beliau tinggal di rumah barunya bersama keluarganya, di tahun tujuh puluhan tepatnya tahun 1979 Beliau mendirikan sebuah
Langgar ( Mushola ) bersama para santri yang selama itu beliau didik yang mana
bahan-bahan daripada langgar atau Mushola tersebut berasal dari Glugu ( pohon
kelapa yang sudah tua ) dan Mushola tersebut kurang lebih berukuran 3 x 5 m, yang
beliau jadikan pusat pembelajaran para santrinya, dan dari situlah beliau
memfokuskan kegiatannya untuk selalu berjuang dan mengajak para masyarakat
untuk lebih mengenal agama.
Atas kesabaran kebijaksanaan dan kepedulian beliau
akhirnya bertambahlah santri beliau, setelah setahun berjalan dan melihat
perkembangan para santri beliau akhirnya di tahun 1980 beliau membentuk
organisasi Ormas yang berjumlah kurang lebih 29 santri dengan sistem di
adakannya arisan setiap hari Senin, dengan nama PERPON-PERMAS yang di maksud
persatuan pondok, persatuan masjid, di katakan persatuan Pondok karena di Mushola
itulah para santri berkumpul dikatakan persatuan Masjid karena di Mushola itu
pula para masyarakat juga santri beliau mengadakan jumatan bersama-sama dengan
kondisi Mushola yang tambah besar meskipun sederhana hingga berjalan -+ dua tahun.
Komentar
Posting Komentar